Diposkan oleh Pendekar Kelana (diedit seperlunya)
Alkisah, seorang pemuda dihinggapi gelisah di saat kuliah. Godaan yang mengancam agama dan kehormatannya teras kian deras mendera. Puasa dan beraktivitas positif telah dilakukannya. Tetapi kadang justru itu! Aktivitas dakwah justru mempertemukannya dengan si jilbab biru yang selalu menunduk malu, si jilbab hitam yang elegan dan anggun, juga si jilbab cokelat yang yang manis, lugu, dan lucu. Hatinya kian gerah. Maka kepada ayahanda dan ibunda dikuatkannya hati untuk berkata, “ Pak,,,Bu..Boleh nggak saya nikah sekarang..?
Tentu saja ada empat mata yang terbelalak di ruang keluarga selepa Isya’ hari itu, “heh ,,ngomong apa kamu? Nikah! Nika! Gundhulmu itu!”
Kepalanya menunduk
“ Mbok ya sadar, Nak,,” kali ini terdengar lebih lembut, Sang Ibu.” Kamu itu kuliah baru semester berapa ?! Bapak dan Ibu nggak pernah melarang kamu ikut-ikutan aktivitas,,,apa itu namanya,,ee?”
“Da’wah”
“Iya da’wah!! Tapi jangan aneh-aneh! Nikah saat kuliah, memangnya anak isterimu mau dikasih makan apa?
Dipikirkan yang dalam ya Nak..jangan bicarakan lagi masalah nikah sebelum kamu lulus ya!”
“Tapi banyak godaan Bu...Nggak kuat!’ (bagi seorang kawan banyak ghonimah katanya)
“Puasa, puasa!! Katanya belajar agama, gitu aja nggak ngerti.”
“Sudah Pak..sudah...” sang Ibu menarik tangan ayahnya. Lalu dia ditinggalkan. Sendiri. Tergugu. Wajahnya panas. Matanya berkaca-kaca. Hatinya Belah.
(Bersambung)
Kisah ini diambil dari tulisan jalan cinta para pejuang Salim A. Fillah hal 122-124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar